jangan kuatir. tak kau lihatkah aku
menyulap sebuket bunga ini dari lengan jasku? susah betul, sebulan aku
mengorbankan jam malamku, hanya demi menyihir senyummu agar membaur dengan
bintang-bintang.
jangan kuatir.
jangan kuatir.
bintang itu tidak punya raga. ia
turun bersama sejuta kebesaran langit. malam berpusar. rindu membuai, membisik,
membasuhkan embun ke dahi calon imamku ketika ia lelap tak bersuara. kau
dengarkah suara merdu itu? angin meniup-niup harmonikanya, bergesek dengan azan
dari menara yang menyala....
hilal. hilal yang akan kulirik
dengan sudut mataku dari jendela kamar, ketika tabung oksigen yg seharusnya
menyelamatkanku seakan dilempar ke atas perutku. hilal, yang hadir sebelum
maghrib tersenyum. hilal, yang belum pernah hadir. hilal....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar