Selasa, 11 Desember 2012

KLAUSUR

Saya gelagapan ketika soal mendadak dibagikan. Setiap hari Selasa saya bolos pelajaran bahasa Inggris untuk mengikuti kelas bahasa Jerman, jadi jelas ini salah satu kerugiannya: saya tidak dapat infonya. Tema: Amerika. Untunglah saya cuma disuruh mengerjakan esainya \:D/ .... itu pun sulit kalau pembuluh otak sudah menyempit (eh). Baca soal: tulis esai dengan mengembangkan salah satu dari lima topik di bawah.

Topik pertama, na na na na na, na na na na na, na na na na na (lupa).

Topik kedua, lupa.

Topik ketiga, lupa. Isinya lupa terus. Makin membuktikan teori penyempitan pembuluh otak.

Topik keempat, pidato Martin Luther soal "ebony and ivory sitting together on the table of brotherhood". Good. Hm.

Topik kelima, KAMU ADALAH TIME TRAVELER DAN BISA MEMILIH KEJADIAN APA SAJA DI AMERIKA DI MASA LALU UNTUK DIALAMI. APA, KAPAN, DAN MENGAPA?

Esai dari pengembangan topik kelima:

bahasa Inggris yah, selain kedengaran keren, males nerjemahkan.

The man beside me waved his hind right in front of my nose and I blinked. "Hello, what would you like to choose? It is already fifteen minutes and there are a lot of people in the waiting room." I was at the end of my thinking capacity. I would like to experience something that would boil my blood and make me shout the freedom out of my heart....

"USA, please. Time of slavery."

He seemed a little bit surprised to my choice, but instead of asking questions I would really like to answer, he pushed the big green button on his working-desk and suddenly I was brought into a tunnel of spirals. I felt like being the fastest runner in the world. I could see Marilyn Monroe in her glorious time, smoke flying high from the bombed Nagasaki, and even Joseph leading Maria and the donkey, all traveled with me. Then I got through a dark hole.

I landed on a place I didn't expect at all: a bus stop. There were two men, talking and smoking and sometimes laughed. I recognized their accent as American. I tried to catch a word from their conversation, but the bus already approached us, making a noise. We went on and at the moment I realized the people couldn't see me. OK, I took the cheap program. More money needed in order to be involved in the game.

All of a sudden the people on the bus started mouth-fighting. I slipped between a fat man and a woman with a housewife-look and the problem got onto my mind: there was only one seat left and beside the seat was a black woman.

"Gimme your seat, you filthy coloured...." O o. Aku tau itu sangat kasar.

The black woman stayed still.

A horrible feeling crept all over my body. "She's dead, she's dead," I whispered, scared, trembling.

The man with the brown cowboy hat, who demanded for the seat, started touching the woman's shoulders, trying to make her stand and move. The people surrounding were supposed to help the woman, but they were on the man's side. They thought he was right.

"No."

The man raised his hand high and was about to beat when we heard the characterized siren. Someone had called the police. They tied her hand tight and managed to make her sit in their car. Jailed. But that wasn't the last breath, I knew.

Things went out as expected. I blurred. But my tears were the total opposite of the woman's stiff face behind the metal bars of the room's door, the last scene of my journey as a time travaler. I was back on the magical dentist chair, staring at that beautiful nose.

"Exit door right there. Next, please."

Para ahli bahasa Inggeris tolong betulkan ya! \:D/

Senin, 10 Desember 2012

10/12

Hari ini dengan perut setengah terisi saya menyimpan sereal yang belum termakan (pandangan sedih, maaf ya, nanti kamu kumakan lagi kala kita berjumpa lagi.... hari Kamis). Saya menyambar topi wol dari laci berlabel Muetze dan Mama bersabda: "Tunggu!

"Topi itu punya teman Kaethi, kita akan kembalikan kalau dia datang ke sini. Mana topimu yang biru?" Ah.

Mungkin nyelempit di kursi, mungkin menggantung di gantungan baju, mungkin menggunduk kesepian di lemari yang kosong dan dingin.

"Mmmm...."

"Du hast Nasenhaare! Du hast Nasenhaare...." Nasenhaare? Rambut hidung? Ja, klar, ya, tentu saja, saya punya rambut hidung, pikir saya bingung. Apakah dia tidak punya sehingga lalu bertanya? Tangan saya sudah hendak naik untuk meraba bawah lubang hidung untuk memeriksa apakah rambut hidung saya sudah tumbuh lebat sampai keluar batas sehingga Mama bisa melihatnya (dan mungkin menginstruksikan untuk memotongnya) waktu otak saya bekerja.

Ya! Saya kan baru keramas. Nasse Haare, rambut basah.

Saya jadi inget kata teman saya, "Kalo orang lain ngetawain bodonya orang lain, kalo kita ngetawain bodonya kita sendiri."

Iya ya. Waktu itu saya, Naga, Gajah, Buaya, dan Panda ngumpul dengan bergaya: minum teh panas di rumah si Naga. Dasar lidah saya tidak tahanan, saya membiarkan teh saya yang masih ngebul sesekali dicuri seruput si Gajah, dengan tidak berdosa, pula.

Kami membicarakan (selain bodonya kami sendiri) geng dance yang baru ditonton si Gajah, geng cowok kemayu dalam baju ketat leopard print yang moto hidupnya: Cucok. Begini.

"Cuuuu...."

"Cok."

"Cuuuu...." kata Gajah.

Karena yang lain, herannya, diam, saya menyambung dengan baik hati, "Cok."

Alhasil teh tersembur dari mulut kawan saya, Gajah, yang sedang melakukan ritual kumur teh. Alih-alih segera mengepel lantai tuan rumah, dia melanjutkan terbahak-bahak, wow, reaksi besar untuk kata sekecil cok.

Anda tahu saya sangat terinspirasi oleh Junior MasterChef, dan hidangan siang ini adalah fried spagghetti with cheese sauce. Itu aslinya spageti yang sudah menginap di kulkas, tapi di tangan yang tepat bisa jadi fine dining. Kalau tepat.

Saya benci sekali telur. Karena si telur tidak ada, justru di saat saya butuh. Saya tuangkan susu ke dalam panci dan masukkan beberapa lembar keju Edam yang saya temukan setelah mematung di depan konter dingin khusus keju (kawan-kawan, saya persis Ringo Hijiri bukan? Belanja tahu dan acar timun setengah jam). Entah kenapa dahi saya butuh berkerut untuk memutuskan saya makan nyemil apa hari ini--sekarang saya lebih bisa menghargai ibu saya, dulu saya pikir memutuskan antara rawon dan soto tidak berpengaruh dalam seberapa cepat saya akan menjawab pertanyaan guru di sekolah, yang nyatanya IYA, mempertimbangkan gizi--tapi kalau dilihat dari kantong, maklumlah. Setiap kali belanja lama dan takut dituduh atau ditegur saya selalu punya satu alasan: saya kan siswa. Cari cemilan kebutuhan hidup yang awalan harganya 0. Sen an. Lihat dulu papan nama produk untuk mencari tahu netto nya sesuai panduan majalah.

Brava! Matt Moran mengetuk meja dengan buku-buku jarinya.

(bunyi sumbat karet ditarik)

"Hiyaaaa, mengapa kejunya menggumpal?? Aku BENCI keju!"

Beritanya, sekarang saya benci keju dan telur.