Kamis, 11 September 2014

Fake

Tanggal 5 kemarin, ada inaugurasi di kampus untuk fakultas saya. Saya jadi konseptor pertunjukan bagian jurusan saya, sekaligus ngarang naskah. Ada punchline yang sangat saya tonjolkan dengan pengulangan, dan bisa dikatakan saya membangun naskah di atas punchline itu.

"Merdekalah dia yang bisa bersastra."

Berkisah tentang putri yang terkurung sangkar emas alias dipingit, namun memerdekakan hatinya dengan puisi dan nyanyian solo, dan pangeran yang fisiknya terbebas dari pingitan namun mulutnya terkatup tak bisa mengungkap diri.

Yaiks. Tentu saja, walaupun anak sastra, dan ingin menonjolkan rasa sastra, saya tergeli-geli sendiri dengan punchline itu.

Soalnya sastra memang bukan substansi kemerdekaan.

Mau berapa kalipun saya ngetweet kalimat-kalimat galau nan indah dalam sehari, besoknya saya akan mengulanginya lagi. Ngetweet kalimat-kalimat galau nan indah. Begitu terus, sampai saya berhasil menerapkan quote favorit saya,

"Di mana ada cinta, di situ tidak ada permintaan, pengharapan, dan ketergantungan. Saya tidak meminta orang membuat saya bahagia, kebahagiaan saya ada dalam diri saya. Jika seseorang meninggalkan saya, saya tidak akan menyesali diri. Saya sangat senang berada dekat orang itu, tapi saya tidak terikat dengannya." - Anthony de Mello.

Saya berusaha mengingat-ingat, ini adalah low point saya. Iya, kalau saya melihat tanjakan dan menangis, berikutnya saya pasti akan tertawa kegirangan lantaran disambut turunan. Sehabis low point bakal selalu ada high point.

Badai pasti berlalu.

Tapi memang selalu lebih susah ikhlas "selama" dan "pasca" ketimbang ikhlas pra-kejadian. Uang yang sudah ditargetkan akan hilang (ditargetkan, ya ampun) pasti tidak akan dicari. Di low point saya, di depan tanjakan, saya susah mencari makna. Segalanya terdengar sumbang dan berantakan. Sumpek.

Anyway, saya sekarang sudah di lingkaran merdeka itu. Meskipun saya melewati treknya dengan mata terpejam, saya kembali bisa bernapas. Setidaknya untuk detik ini, dan saya mau bilang,

Senyum kalian membuat saya tersenyum kecil sendiri, saya bisa bernapas lega, saya merindukan kehadiran di sebelah saya, saya merindukan kekosongan di sebelah saya, saya merindukan kehidupan, saya ingin membaiki diri bukan karena kamu.

Merdeka!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar