Sabtu, 02 November 2013

Marah yang Dewasa


Anybody can become angry - that is easy, but to be angry with the right person and to the right degree and at the right time and for the right purpose, and in the right way - that is not within everybody's power and is not easy.

Oke, jadi yang bilang itu adalah Aristotle. Semula saya kira Einstein, tapi sudahlah. Jadi, pokok pembicaraan kali ini adalah, suatu kali kakak saya pernah mengomel karena dia sedang marahan dengan temannya, dan temannya itu tak mau bicara dengannya padahal ada tugas yang harus diselesaikan dengan melibatkan keduanya. Katanya itu tidak dewasa.


Jadi, seperti apa marah yang dewasa itu?

Saya jadi bertanya-tanya. Bisakah orang marahan tapi masih bicara satu sama lain?

Kutipan buku di bawah ini (Dish: Truth Without the Trimmings, seri tentang sekelompok cewek yang membentuk geng memasak):

"Kamu masih marah padaku, Molly?"

"Ya! Aku masih belum bisa memaafkanmu. Aku masih belum percaya kalau kamu bohong padaku, kamu kan kembaranku."

Amanda dan Molly masih berbicara meskipun Molly marah pada Amanda, bahkan Molly mengungkapkan perasaannya. Jadi, apakah marah yang dewasa itu membiarkan orang lain tahu bahwa kita marah dan memberinya kesempatan untuk merubah situasi jadi lebih baik, tanpa bersikap konyol?

Menurut pembaca?



gambar dari ranaarmoush.wordpress.com

2 komentar:

  1. (y)
    manajemen emosi! EQ! entah kenapa aku jadi alay dalam topik itu. :D

    sayangnya orang-orang masih ketutup sama kejujuran yg dikucilkan norma. :/

    BalasHapus
  2. kejujuran yg dikucilkan norma?

    ndy entah kenapa komen di blogmu nggak mau ngeload :/

    BalasHapus